![]() |
Motif kami sederhana untuk mendirikan rumah baca di desa, hanya ingin mengalihkan
banyaknya waktu bermain, ngrumpi, bermain game ala anak muda, dan nonton Tv
adik-adik di kampung dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Yakni menumbuhkan
minat baca, mentradisikan menulis, dan berdiskusi. Untuk mewujudkannya
dibutuhkan lingkungan dan tempat yang mendukung agar setiap warga dan anak-anak
merasa nyaman, dan betah berlama-lama menjadikan aktivitas membaca dan menulis
membiasa dalam kesehariannya. Tentunya orang tua dan sesepuh desa perannya
sangat besar untuk menciptakan lingkungan sedemikian rupa.
Sekadar pengetahuan, sedikitnya jumlah produksi buku
Indonesia per tahun yang hanya 8000 judul buku, sangatlah tidak sebanding
dengan jumlah penduduk bumi pertiwi yang mencapai 230 juta. Angka ini kalah
telak dengan Vietnam yang berpenduduk 80 juta tetapi mampu terbitkan 15.000
judul buku. Ini artinya, setiap rakyat negeri ini hanya membaca 35 buku,
sedangkan tiap-tiap penduduk Vietnam membaca sebanyak 187 buku. Perbandingan
ini membuat kita jengah, lantaran Vietnam baru merdeka tahun 1968. Mungkin akar
masalahnya ialah bangsa ini belum memiliki sikap menghargai budaya baca dan
tulis seperti halnya Vietnam, Jepang, dan India. (Sudaryanto, 2012).
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kebiasaan membaca dan
menulis keberadaan rumah baca pusaka diharapkan mampu untuk mewujudkannya.
Menurut kami, penduduk desa bukanya tidak mampu membaca, tetapi karena tidak
ada buku yang dibaca. Adanya rumah baca dengan ketersediaan berbagai buku fiksi
dan nonfiksi semoga dapat memantik keinginan warga desa untuk rutin membaca.
Kami mempunyai mimpi seluruh desa di Indonesia mempunyai rumah baca. Saat ini
kami telah mendirikan rumah baca di tujuh dusun yang tersebar di Magelang,
Temanggung, Sleman, dan Gunung Kidul DIY. Untuk mewujudkannya lebih banyak,
pembaca budiman dapat mendonasikan buku ke Pusaka Pendidikan agar kami dapat
membuat rumah baca lebih banyak lagi di negeri ini. Semoga bermanfaat pada sesama. Insyaallah.
Di
era sekarang, pada umumnya banyak warga desa yang tak melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi karena tak mampu. Mereka bisa membaca dan menulis, tapi tak
terbiasa melakukannya sehari-hari. Setelah lulus biasanya mereka menganggur dan
bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saya salah seorang yang
beruntung dan patut bersyukur menjadi mahasiswa. Menyadari peran mahasiswa
sebagai agen of change yang mempunyai
tanggungjawab moral terhadap perubahan masyarakat sekitar. Salah satu ikhtiar
saya mendirikan rumah baca ini sebagai medium pencerahan bagi mereka yang tak
sempat nikmati pendidikan tinggi. Keberadaan rumah baca di pedesaan amatlah
diperlukan untuk menumbuhkan dan menyediakan ruang nyaman bagi warga dan
anak-anak untuk membaca. Kegiatan ini merupakan batu pijakan awal untuk
menumbuhkan aktivitas berdiskusi dan menulis. Jika mengacu indikator World
Bank, be knowledge atau menjadi
berpengetahuan merupakan salah satu indikator pembangunan sumber daya manusia
atau human develoment index.
Vivit
Nur Arista Putra
Direktur
Eksekutif Pusaka Pendidikan
Alamat Rumah Baca Pusaka
1. Rumah Baca Pusaka Mirikerep
Alamat : Mirikerep, Madusari, Secang, Magelang 56195
Pengelola : Vivit, Beta, Agung, Catur
Pengelola : Vivit, Beta, Agung, Catur
2. Rumah Baca Pusaka Karangwuni
Alamat : Karangwuni, Kluyon, Kramat Utara, Magelang
Pengelola : Jowan, Pamuji, Nuryani, Yasmin
Pengelola : Jowan, Pamuji, Nuryani, Yasmin
3. Rumah Baca Pusaka Soropadan
Alamat : Soropadan, Krajan 1, Pringsurat, Temanggung
Pengelola : Sumedi, Zakaria, Khafifah
Pengelola : Sumedi, Zakaria, Khafifah
4. Rumah Baca Pusaka Balakan
Alamat : Balakan, Nguwet, Temanggung
Pengelola : Huda, Ayu, Sigit
Pengelola : Huda, Ayu, Sigit
5. Rumah Baca Pusaka Josari
Alamat : Josari, Sleman, DIY
Pengelola : Rani Sintawati
Pengelola : Rani Sintawati
6. Rumah Baca Pusaka Cangkringan
Alamat : Pandan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, DIY
Pengelola : Yunis
Pengelola : Yunis
7. Rumah Baca Pusaka Serut
Alamat : Duren, Serut, Gendang Sari, Gunung Kidul, DIY
Pengelola : Sigit Purnomo
Pengelola : Sigit Purnomo
0 komentar:
Posting Komentar